Kamis, 24 Desember 2015

DESRI YANI RIZKI, KETUA UMUM WANITA PERTAMA KOMUNITAS JEUNEUROB


Desri Yani Rizki
Banda Aceh- Komunitas Jeuneurob (KJ) kembali memilih ketua baru untuk periode kelima. Pemilihan dilakukan oleh semua pegiat secara langsung dalam mubes komunitas jeuneurob yang dilaksanakan di kediaman Venco art and advertising, kamis (24/12/15) siang. Desri Yani Rizki terpilih dan dikukuhkan di hadapan pendiri sekaligus penasehat KJ yang hadir di sana.

“Selama menjadi pegiat, Desri menunjukkan dedikasi yang tinggi untuk KJ. Ia sumbangsihkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk KJ. Saya yakin dia bisa melakukan banyak perubahan dalam membangun KJ setelah menjadi ketua. Dia bisa lebih baik dan mampu memimpin seluruh pegiat agar KJ terus berkibar,” ujar Amek Barli.

Desri Yani Rizki merupakan mahasiswi FKIP Unsyiah angkatan 2013 yang berasal dari kota dingin, Takengon. Sebelum menjadi ketua, ia menjabat sebagai sekretaris umum di Komunitas Jeuneurob. Selain itu, Desri juga tercatat sebagai wanita pertama yang menjadi ketua di komunitas Jeuneurob .

Sebelumnya Komunitas Jeuneurob telah dipimpin oleh Sammy Khalifa, Makmur Dimila, Nazar Shah Alam, dan Amek Barli. Sebagai pemimpin baru, Desri mengajak seluruh pegiat untuk sama-sama membangun Komunitas Jeuneurob di berbagai bidang kreativitas yang selama ini telah terlaksana. Selain itu ia juga berharap agar seluruh pegiat bersemangat kembali berkarya demi membangkitkan kembali nama komunitas jeuneurob agar terus bersinar.


“Sebagai penerus, saya ingin mempertahankan dan mengembangkan kegiatan-kegiatan yang mengangkat kembali nama komunitas jeuneurob. Saya memang harus banyak belajar lagi, tapi saya akan melaksanakan tanggung jawab ini dengan maksimal,” ujarnya mantap setelah diresmikan.

Read more…

Minggu, 04 Oktober 2015

Puisi-Puisi Mella Yunanti

 Berikut adalah puisi Mella Yunanti* yang dimuat dalam harian lintasabas.com .

DALAM GEMERLAP MALAM
I/

Pernah kau mengira, itu aku
Yang kau pilih, yang diacak diantara hitam:putih
Berlepasan sahut malam
Kilat kematian
Yang tak kau kira

II/
Berita langit akan kematianku
Telah kau dengar sejak gelap menganga
Saat kau tak lagi bisa membaca kata
Yang mengeras dalam rahimku



III/
Dan kau tak lagi paham
Tentang apa yang tertanam
Dalam tubuh malam

IV/
Majulah, sayang
Lihat takdir kita
Yang terbaring asing di hadapan tuan jelaga

Banda Aceh, 3 Januari 2015

KEPADA PUAN

jauh aku telah terluka
sebelum kata dibiarkan terbuka
di bibir Zulaikha

telah ditinggalkan aku
dalam dekap debu
tanpa harus mengadu

aku tahu kau tawar racunnya
kau bagi bisanya
harus bagaimana?

genang matamu, sayang
menabur kutuk
mengeja zarah adamu

bersama namamu aku hidup
untuk kedua kalinya
dan mati sekian kali kudera

Punge Blang Cut, 31 Mei 2015

BARISAN KECIL TANAH RENCONG

I/
Di celah jari kaki mungil
Gabah mengecil
Mereka peluk sejumput tanah
Yang katanya milik kita
Erat. Jangkar akarnya, tak lelah mengangga

II/
Di hampar negeri tanah rencong
Kulihat gabah yang siap menggulung punggung
Bertanya padaku
”Apa kabar, tanahmu?”

Banda Aceh, 7 Januari 2015

*Mella Yunati adalah pegiat di Komunitas Jeuneurob.

Read more…

Global March for Elephant & Rhino Aceh


 


“No Forest, No Future”

Banda Aceh, Minggu, 4 Oktober 2015

Para relawan dari lintas lembaga dan komunitas di Aceh menggerakkan acara Global March for Elephants and Rhino Aceh 2015 di kota Banda Aceh. Acara ini terbuka untuk umum dan akan dilaksanakan selama dua hari berturut-turut di Taman Putroe Phang dan Simpang 5 kota Banda Aceh, Sabtu 3 Oktober dan Minggu 4 Oktober 2015 dengan partisipasi terbanyak diharapkan akan hadir pada hari Minggu, 4 Oktober 2015.
Rangkaian acara dalam tema Global March for Elephants and Rhino 2015 di Aceh akan selenggarakan pada tanggal 3 - 4 Oktober 2015 dan lebih dari 134 kota di seluruh dunia akan ikut andil dalam aksi ini. Rangkaian kampanye terbuka ini bermaksud mempromosikan kesadaran pentingnya konservasi, utamanya pada upaya penyelamatan Gajah Sumatera dan Badak Sumatera dari ancaman kepunahan. Kegiatan ini juga diharapkan akan meningkatkan kapasitas dan keakraban bersama lintas lembaga dan komunitas di Aceh.

Kota Banda Aceh menjadi lokasi kampanye perlindungan gajah dan badak Sumatera karena saat ini Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) di Aceh dan Sumatra Utara adalah salah satu benteng terakhir bagi kehidupan gajah dan badak Sumatera. KEL memegang harapan terakhir pelestarian dan keberadaan satwa tersebut di bumi. Selain Kawasan Ekosistem Leuser yang terletak di Provinsi Aceh, Sumatra juga mempunyai 2 Kawasan Konservasi Taman Nasional yang masih mendukung kehidupan gajah dan badak Sumatera yaitu Taman Nasional Bukit Barisan Selatan dan Taman Nasional Way Kambas
.
Gajah dan badak Sumatera telah dinyatakan kritis terancam punah dan terdaftar dalam IUCN Red List. Ancaman kepunahan bahkan lebih parah daripada gajah dan badak Afrika. Badak Sumatera di Peninsular Malaysia bahkan sudah dinyatakan punah oleh Pemerintah Malaysia tahun ini. Badak Jawa pun hanya tersisa di Taman Nasional Ujung Kulon. Dalam 3 tahun terakhir, hampir 200 gajah Sumatera (10% dari total populasi) telah mati.
Sementara, Kawasan Ekosistem Leuser yang merupakan rumah bagi populasi badak dan gajah Sumatera mengalami berbagai tekanan menuju kehancuran dan deforestasi secara drastis. Laju degradasi hutan Indonesia mencapai 2 juta hektar per tahun. Pembangunan jalan tanpa pertimbangan ekologis telah mendorong konversi hutan, illegal logging, perburuan satwa dan meningkatnya konflik manusia dan satwa liar. Hal ini merupakan ancaman utama kelestarian hutan Aceh saat ini.
Global March for Elephants and Rhino Aceh 2015 berharap untuk membuka mata dunia, lebih aktif mencari tahu dan peduli terhadap satwa liar yang berada di Sumatera, termasuk gajah, badak, orangutan dan harimau pada saat ini berada di ambang kepunahan. Sangat ironis, ketika satwa yang sangat besar manfaatnya bagi alam ini hilang dari permukaan bumi hanya karena kita terlambat menyelamatkannya.
Menurut Danurfan sebagai koordinator umum acara Global March untuk Gajah dan Badak Sumatra, acara ini diadakan secara secara serentak di seluruh dunia selama dua hari (Sabtu, 3 October dan Minggu 4 October) untuk mengakomodir besarnya animo masyarakat yang ingin berpartisipasi dalam acara ini.
Lintas komunitas dan personal di Aceh berharap Pemerintah, Swasta, Penegak Hukum, Lembaga Swadaya Masyarakat, dan masyarakat global serius memperhatikan hal ini dan terus mendukung program-program konservasi di Aceh. Semua pihak harus meninggalkan paham antroposentris dan segera menerapkan etika konservasi dalam merencanakan dan melaksanakan pembangunan.
Bersama, kita dapat menyelamatkan lingkungan dari ancaman kepunahan. Bersama, kita semua bertanggung jawab untuk menjamin pembangunan dalam lingkungan hidup yang aman dan berkelanjutan. Bersama, kita harus menjamin kelangsungan kehidupan anak cucu kita di masa depan.
Dalam kegiatan ini komunitas jeuneurob juga ikut ambil bagian berupa pembacaan puisi oleh saudara Nazar Shah Alam. Dalam aksinya membacakan puisi dengan begitu hikmat sebagai bentuk partisipasi dari Komunitas Jeunerob. Diharapkan kedepannya ada lagi kegiatan seperti ini untuk menyatukan seluruh komunitas yang ada guna membangun Aceh yang lebih baik.

Read more…

Kamis, 01 Oktober 2015

Global March for elephant and rhino Aceh



Read more…

Minggu, 27 September 2015

Puisi-puisi Nazar Shah Alam- Dimuat di Suara NTB (26/9)



I’TIQAD RINDU

Daun jatuh rinduku tua
Rindu melenguh di pangku Bunda

Matari pinang masak tak pernah lupa mengabarkan perihal usia
Yang makin bertubuh khatam. Kamu memungut pisau di laci bangka

Dengan kuasa Musa kau belah lautan yang selalu mengabarkan
Kepulangan. Lalu kau persembahkan pada tamu di sebuah pesta malam Islanyan
Sembari menerka-nerka seberapa umurmu sakit dihimpit lahir dan kematian

Daun tua rindu melenguh
Di pangku Bunda rinduku jatuh

Kamu berdiri di sudut mati. Aku di sudut hidup
Kamu sembunyi dari pergi. Pergi yang takut. Takut yang akut
Dengan kuasa Nuh kau rakit perahu
Lari dari kematian menuju pangku Ibu

Alue Naga, 2015
*Islanyan: Senin


I’TIQAD KAMPUNG LUKA
Menjadi Asarlah kita 
sebentar lagi terang dibenamkan 
terbenam segala yang terlihat nyata 
Menjadi Maghriblah kita pada kemudiannya 
meramu kenyataan menjadi mimpi tanpa kama
Maka kemudian menjadi Isya
Menerima kelam yang tekun
Mengirimkan doa-doa
Menyaksikan luka-luka

Alue Naga, 2014


MYNA
Ernayati Zaifah

Kamu bukan rubah atau domba:
hanya sapi betina yang
selamat dari nubuat
Musa

Abdya, 2015


PETA

Bibir kekasihmu adalah jalan pulang yang sahih
susuran fasih menuju permukaan
pintu tasbih

Suara kekasihmu adalah lafaz ibadah tanpa pamrih
kesebentaran yang selalu membunuh
yang melulu letih merintih

Nanar kekasihmu adalah permulaan atas segala
penyerahan diri kepada yang awal dan
yang akhir yang hak dan yang kamil

Alue Naga, Februari 2015

*Nazar Shah Alam, pegiat taat di Komunitas Jeuneurob Banda Aceh.

Read more…

Kamis, 09 Juli 2015

SELAYANG CATATAN MENJAHIT BAJU LEBARAN



Crew Lima Production bersama aktor dan masyarakat Tumbo Baro
:: Afnie Rahil Munaras 

Pagi itu, Kamis, 2 Juli 2015, pukul 10. Matahari kota Banda Aceh seberingas biasa. Teriknya menusuk kepala sekalipun padahal belum pada tenggatnya. Saya, Hafiz, dan Nazar Shah Alam dipercaya oleh tim Lima Production menuju desa Tumbo Baro, Kuta Malaka, Aceh Besar untuk meninjau tempat pengambilan gambar serta memilih pemeran yang akan mengisi film Baju Lebaran. Sempat diusulkan akan mengambil lokasi di Siem oleh Hamdani Chamsyah yang bertanggung jawab tempat dengan pertimbangan kondisi desanya yang sesuai dengan naskah, namun dalam rapat terakhir Tumbo Baro-lah yang menjadi pilihan. Selain tempat, yang kemudian saya ketahui hanya dibual sejak lama oleh Nazar Shah Alam, mengambil gambar di Tumbo Baro juga dimudahkan mengingat di sana ada santri-santri TPA binaan Cut Eva yang memang sudah direncanakan akan menjadi pemeran.
Sutradara bersama santri TPA  Sultan Alaidin Mahmudsyah

Konon, dari kisah teman-teman saya ketahui bahwa film pendek Baju Lebaran ini sudah direncanakan sebelum lebaran Idul Fitri tahun 2014 silam. Tapi karena kesibukan masing-masing, dan para rekan juga harus membuat beberapa film lain untuk lomba, kerja, dan kreativitas,  ide tersebut hilang begitu saja. Namun, entah bagaimana dalam sekali duduk di warung kopi cerita ini mengambang lagi.

Awalnya film Baju Lebaran direncanakan hanya sebatas sebagai portofolio Lima Production, sekedar demi tidak vakum selama bulan Ramadhan. Zyrki Marfandi, sang sinematografer garis depan di kelompok kreatif kami, sempat menolak bertanggung jawab penuh untuk film ini sebab dia ingin lebih fokus mengerjakan film serial “Lako Saudah” yang sudah dipersiapkan lebih awal dan matang. Tapi apa mau dikata, Lima Production bukanlah tim besar. Pada akhirnya, mau tak mau dia harus mau bertanggung jawab total.
Zyrki Marfandi, sang sinematografer di Lima Production


Proses Lanjutan
 Azal dan Umeir

Umeir dan Azal terpilih sebagai pemeran utama. Mereka baru pertama kali berakting di depan kamera. Nazar Shah Alam, susah payah mengatur lakon mereka. Zyrki Marfandi dan Hafiz berulang kali harus menerima kenyataan gambarnya tak sempurna. Belum lagi mengingat ramainya anak-anak, teman bermain Umeir dan Afzal yang kerap nakal sehingga menuntut kami untuk mendamaikan mereka, membawa ke tempat lain, lalu menghibur, agar proses pengambilan gambar tidak terganggu. Syukurlah seluruh dewan pengajar di TPA Sultan Alaidin Mahmudsyah membantu menghadapi anak-anak itu dan ikut serta meringankan kerja kami dengan mencukupi segala hal yang kami rasa perlu.
 
Zyrki Marfandi, Hafiz, dan Syukri.

Pemutaran Film
Pemutaran perdana

Awalnya kami merencanakan film ini akan diunggah ke akun Youtube Lima Production paling telat pada 23 Ramadhan. Hal tersebut demi membantu diri sendiri agar memiliki sedikit waktu bersantai dalam proses pengambilan gambar dan editing. Tetapi para perangkat kampung Tumbo Baroe ingin film ini diputar pada malam penutupan Gebyar Ramadhan pada tanggal 06 Juli 2015. Hal ini membuat kami harus mengadakan beberapa kali rapat mendadak. Bayangkan saja, proses syuting hingga hari Minggu siang baru berjalan 75%. Jika pun memaksa, kami tidak mungkin bisa mendapatkan gambar sempurna. Lima Production hanya memiliki satu hari dalam mengedit film ini.
Awalnya kami menolak, tapi masyarakat mendesak. Mereka bahkan ikut serta membantu seolah-olah sebagai kru. Sebab tak ingin mengecewakan, melihat keinginan dan keseriusan mereka, membuat kami setuju film ini diputar pada saat diminta.

Di luar dugaan, masyarakat Tumbo Baroe ternyata sangat antusias dengan acara pemutaran perdana film pendek Baju Lebaran ini. Orang-orang menanti di halaman meunasah sembari terus bertanya kapan film Baju Lebaran yang diperankan oleh anak-anak mereka diputar. Hujan baru saja berhenti. Layar dipasang, beberapa pemuda tegap menjaga tiang pancang layar agar tak rubuh ditiup angin yang sedang kencang. Mereka mengurus semuanya dengan semangat menyala.

Syukurlah, semuanya berjalan lebih baik dari yang kami duga. Antusias warga dan penerimaan mereka membuat kami merasa sangat bahagia. Nazar Shah Alam dalam sambutannya pada malam pemutaran perdana film Baju Lebaran mewakili apa yang kami rasakan,”datang ke Tumbo Baro kami tidak merasa sebagai tamu, juga tidak merasa seperti pulang ke kampung sendiri. Datang dan bekerja di Tumbo Baro sama halnya dengan kami pulang ke rumah sendiri, bertemu keluarga kandung kami. Terimakasih!” ucapnya disambut riuh tepuk tangan seluruh masyarakat yang memenuhi halaman meunasah tempat Baju Lebaran diputar.

Setelah di Tumbo Baro, film ini direncanakan akan diputar bergiliran di beberapa tempat di Aceh setelah lebaran. Alhamdulillah. Semoga ini bukan karya kami yang terakhir. Nantikan karya kami selanjutnya.

*Afnie Rahil Munaras adalah tim artistik di Lima Production.

Read more…

Selasa, 03 Februari 2015

Puisi-Puisi Nazar Shah Alam




PERIHALTUJU

Dari kota para raja ke kota ombak debur;menyatu dalam hening damai hari
Dari kota ombak debur ke kota riuh dapur; kulihat dikau pergi. Ke kata sepi.

Alue Naga, 2014



HUJAN MALAM TANGGAL DUA

Sungguh hanya hujan malam (sebagai) sebaik-baik penciptaan di mana rindu menyesap serupa hantu ke darah si celaka yang menunggu dan membuatnya demikian mencekam seolah-olah sedang menunggu kematian.

Sungguh hanya hujan tanggal dua mampu membuat sepi semakin bara dari perut perindu di mana para cacing cuma sibuk kentut dan mesin penggiling menunggu terpusing bahkan bila mungkin akan digilas hari atau kalau bisa bulan mata sapi sebelum tenggat menerima gaji sehingga rindu perih tiada peri.


Rumah Jeuneurob, Juni 2013


Nazar Shah Alam lahir di Aceh Barat Daya, 5 September 1989. Bergiat di Komunitas  Jeuneurob, Banda Aceh

*Sumber, Suara NTB, Sabtu, 10 Januari 2015

Read more…

Jumat, 16 Januari 2015

Puisi-Puisi Suarni Berutu



Jalan Ini

Beransah  rindu mengadu
Bentara siap angkat senjata memerangi
Kedurhakaan gerak pertiwi
Menghitamkan tanggung jawabnya
Kini susah kami dapati para syuhada
Teguh dalam fisabilillah
Wahai tangan-tangan atas
Hubungan kita belum selesai
Saudara seiman dan senegara
Acap kali kami menentang ketidak adilan ini

Dulu kami saling berembuk dan setia
Jalan ini kita garis lurus 
Dulu kami janji bermain dengan cucu di jalan lurus ini
Agar tak sulit anak kami masih kecil berfikir
Berjalan dan menempuh hidup.



Banda Aceh, 2014



Rindu Telah Pupus

Berensah kerinduan pada Mu
Bentara meratap pada saudara
yang telah melumur darah hingga kau tak dapati
sedikitpun tersisa kasih sayang itu
kala melihat perjuangan para fisabilillah
sudahkah malu pada paras batin mu
yang tiap kali menghalau jalan-jalan
malam hitamnya bunga
telah patah duridan tali pengikat hatimu pada Nya
bagai langit indah nan tak lagi terlihat baginya

Banda Aceh, 2015


*Suarni Berutu, Mahasiswa asal Aceh Singkil dan murid kelas Prosa/Puisi Komunitas Jeuneurob

Read more…